Jakarta Pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) digadang ikut serta meraup cuan selama periode libur panjang Kenaikan Yesus Kristus, akhir pekan ini. Ini ikut serta menjadi pengaruh meningkatnya kunjungan ke spot-spot tamasya.
Pengamat Pariwisata Chusmeru menaksir roda perekonomian masyarakat di sekitar kawasan tamasya akan terdampak positif. Utamanya UMKM sektor kuliner dan kerajinan.
“Yang pasti roda perekonomian di daerah slot77 akan bergerak, karena ada perputaran uang dari pelancong. Akibat positif juga dinikmati UMKM, utamanya yang mensupport sektor pariwisata, seperti kuliner dan kerajinan,” ungkap Chusmeru terhadap, Jumat (10/5/2024).
Ia membeberkan, pada masa libur panjang ini, masyarakat cenderung memanfaatkan untuk bertamasya. Apalagi, kata ia, tingkat ekonomi masyarakat sudah semakin membaik.
“Cuaca baru-baru ini ini juga sudah mulai mensupport masyarakat untuk bertamasya, sedangkan suhu udara terasa cukup panas,” katanya.
Chusmeru memperhatikan setidaknya ada sebagian lokasi yang jadi favorit kunjungan tamasya. Misalnya, Bali dan kawasan Puncak, Bogor.
“Selama ini memang kecenderungannya hanya dua daerah yang favorit menjadi destinasi tamasya libur panjang, ialah Bali dan Puncak,” ucapnya.
“Walaupun demikian, daerah lain hakekatnya juga betul-betul potensial untuk menjadi destinasi tamasya libur panjang, seperti Bandung, Yogya, Semarang, Solo, Malang, Surabaya, Lombok, dan Manado,” sambung Chusmeru.
Pertimbangan Wisatawan
Lebih lanjut, ia mengatakan ada sejumlah elemen yang jadi perhatian masyarakat untuk menjalankan tamasya. Diantaranya, kemudahan jalan masuk, opsi akomodasi, keragaman kuliner di destinasi, serta ragam objek dan energi tarik wisatanya.
“Tidak keok penting ialah kenyamanan saat merasakan libur panjang,” tegasnya.
Di sisi lain, ada juga yang bisa membikin masyarakat ragu mengunjungi kawasan tamasya. Berbanding terbalik dengan elemen pendukung di awal, kawasan yang macet hingga marak pungutan liar (pungli) akan membikin masyarakat enggan bertamasya.
“Walaupun destinasi itu populer, namun apabila sudah tak nyaman lagi, maka pelancong juga akan enggan untuk berkunjung. Misalnya karena macet, tak aman, banyak pungli, kuliner mahal atau pemalakan di destinasi tamasya,” pungkasnya.